Sinopsis Film Mursala, Rio Dewanto. Kali ini Sinopsis Film akan membahas sebuah film terbaru yang dibintangi oleh Rio Dewanto dan Titi Sjuman, yaitu "Mursala". Film "Mursala" sebenarnya direncanakan rilis pada tahun 2012 lalu, namun karena sempat dilarang oleh Direktorat Pengembangan Industri Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia karena sesuatu hal jadinya baru akan dirilis tahun 2013 ini.
Film "Mursala" disutradarai oleh Viva Westi dengan bintang-bintang seperti Rio Dewanto, Titi Sjuman, Anna Sinaga, Tio Pakusadewo, Bonaran Situmeang dan bintang stand up comedy Mongol. "Mursala" yang berdurasi 100 menit ini akan dirilis pada 18 April 2013 mendatang.
Film ini berkisah tentang Anggiat Simbolon (Rio Dewanto) yang merantau ke Jakarta dari kampungnya Sorkam Tapanuli Tengah. Akhirnya dia pun sukses menjadi pengacara. Namun belum sempurna karena sang ibu menginginkan Anggiat menikah dengan pariban-nya (saudara sepupu).
Hal itu membuat Anggiat bingung, karena di Jakarta Anggiat telah memilih wanita batak lain yang dia cintai yaitu Clarita Saragih (Anna Sinaga), seorang presenter televisi. Masalah besar muncul karena marga mereka berdua masuk dalam larangan adat. Mereka dilarang menikah, kecuali keluar dari marganya masing-masing. (Konon, ada 70 marga berbeda yang tidak boleh saling nikah)
Di tengah kebimbangan, Anggiat bertemu kembali dengan Bonatiur Sinaga, pariban yang ternyata teman masa kecilnya dulu di Pulau Mursala. Tiur adalah seorang pecinta alam biota laut yang beberapa kali gagal menjalin cinta.
Film "Mursala" :
- Sutradara : Viva Westi
- Produser : Anna Sinaga, Bonaran Situmeang, Elsa Syarief
- Pemain : Rio Dewanto, Anna Sinaga, Titi Sjuman, Tio Pakusadewo, Mongol
- Genre : Drama
- Durasi : 100 menit
- Tanggal Rilis Perdana : 18 April 2013
Film ini memaksakan Mursala negeri batak, padahal Mursala adalah Pulau tempat singgahnya bangsa Mur yang hendak ke Barus jaman dahulu. Kata Mursala berasal dari MUR SHALAT bukti Barus sudah lama ada sebelum orang batak turun ke pesisir Tapteng.
ReplyDeleteJadi semua warga pesisir tidak terima Mursala dianggap Batak.
Jadi yg mana yg bener nih? Mursala itu pulau apa suatu tempat yg didiemin oleh org batak?
ReplyDeletebangsa mur itu bangsa apa ya ? dan tahun berapa bangsa itu selalu singgah disana? ada data yang valid ? atau hanya katanya katanya ?
ReplyDeleteyang namanya warga pesisir memang biasanya majemuk bro, dimana-2 juga begitu, budayanya pun begitu, campur aduk, tapi tetap ada warna mainstream yg dipegang oleh mayoritas masyarakat disana, klo soal memaksakan, malah bangsa ini sekarang juga sudah terlalu banyak memaksakan budayanya, budaya asli indonesia sendiri sudah bayak tercampur dengan budaya dari timur tengah yang latar belakang kondisi alam, dan kepribadian masyarakatnya yg berbeda jauh, kasihan orang indonesia budayanya sudah tidak original lagi, nilai-2 kebijaksanaan asli indonesia yang cerdas tergerus oleh percampuran ini, so bagi saya gak perduli memaksakan atau tidak, menurut saya film ini bagus, dengan latar belakang cerita yang sering terjadi di masyarakat batak sehari2 .... good work lah
ReplyDeletedari sinopsisnya aja udah ketauan gak ada kalimat yang menyatakan pulau mursala itu negeri batak, so ambil positifnya aja film ini bisa menjadi sarana promosi kebudayaan dan parawisata tapanuli tengah dan sibolga.sebagai orang yang lahir dan besar di sibolga turut bangga dengan adanya film ini. peace semuanyaaaa
ReplyDeleteTak jadi soal apapun tanggapan anda, kita hanya terkesima Pesisir Tapteng kok jadi memakai budaya Batak, padahal jelas-jelas daerah ini Islam pertama masuk ke Indonesia jadi sampai sekarang masyarakatnya tidak mengenal budaya Batak.
ReplyDeleteWaduh kalo begitu Tapteng luar biasa dong, kita kirain ini negeri batak. Jadi tadi saya cari tahu di internet batak baru turun ke Tapteng sekitar 1800 an jauh sebelum negeri ini sudah berhubungan dengan negeri Arab
ReplyDeleteMakan mursala itu.....!!!!
DeleteMengapa selalu mempertentangkan yang tidak ada untungnya... positif aj lah.. tujuan film ini dibuat adalah baik dan cita-citanya juga baik...jadi tidak perlu dibenturkan dengan hal-hal yang negatif... bagi ku, film ini jauh lebih baik karena lebih bermoral dari pada menanyangkan sinetron2 yang semata-mata untuk keuntungan pribadi dan tak bernilai... secara umum film ini menceritakan bagian dari kelebihan indonesia dan secara khusus film ini meningkatkan perkenalan Tapteng di Indonesia. Jadi ya sudahlah... Maju terus dan pisitif terus lah...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTapteng itu Tapanuli Tengah yang budayanya pesisir, bukan Tapanuli Utara yang adatnya batak kental. Ok....fine....kalau film Mursala dicritakan budaya batak, tapi jangan keseluruhan donk sampe menghilangkan budaya pesisir... Seharusnya dalam film ini diceritakan juga budaya pesisir seperti sikambang, dan lainnya...
ReplyDeleteKalian yang komen mursala bukan daerah Batak dan bukan negeri Batak, E G P..Kalian makan mursala kalian itu nggak ada untungnya buat kami mursala kalian itu.
ReplyDeleteTerlihatlah sudah diskriminasi dalam FILM ini... Jelas.
ReplyDeleteapapun isi dari film MURSALA ini, kita harus nya bersyukur, masih ada film yang ber latar belakang daerah di indonesia tercinta ini. yang harus kita apresiasi adalah akting para pemain nya aja bro.... sukses film indonesia.
ReplyDeletehum dikira mau membagun eh ternyata mau jadi artis
ReplyDeletenasib Taptengni lah,kalu memang ingin meningkatkan prawisata sebaiknya pak,Bupati lebih dahulu melihat invrastrukturnya,bagai mana mau maju orang mau ketabteng aja setengah mapus karna jln nya
ga memadain,begitu tapi lain hal apa bila jln udah bagus maka semuanya akan baik dari segi perdagangan,prawisata akan meningkat dengan sendirinya karna para pemakai jln dan parapedang sendiri yg akan mepromosikanya maka
itu yg harus dikaji
Jangan jadikan polemik..
ReplyDeleteJadikan tontonan saja sodara2..
Horazssss...
Trademark org indonesia yg suka ngeributin hal2 yg gk penting...
ReplyDeleteFilmnya ok,
ReplyDelete